Senin, 04 April 2016

MODEL PEMBELAJARAN NESTED DAN NETWORKING


A.  Model Pembelajaran Nested
Model Sarang (Nested) adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berpikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi.
Model nested memberikan perhatian yang dibutuhkan untuk beberapa bidang pada waktu yang bersamaan, dan tidak membutuhkan beban waktu tambahan untuk bekerja dan merencanakan dengan guru yang lain. Dengan model ini, seorang guru secara mandiri dapat memberikan integrasi kurikulum yang luas.
 Kelebihan pembelajaran terpadu model Nested
·Guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran.
·Pembelajaran semakin berkembang dan diperkaya dengan menjaring dan mengumpulkan sejumlah tujuan dalam pengalaman belajar siswa.
·Pembelajaran dapat mencakup banyak dimensi dengan memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide lain yang ditemukan.
·Memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu sehingga guru dapat memadukan kurikulum secara luas.

Kekurangan pembelajaran terpadu model Nested
·Model nested ini muncul dari kealamiahannya. Dengan mengumpulkan dua, tiga, atau empat target belajar dalam satu latihan mungkin membingungkan siswa jika pengumpulan ini tidak dilakukan secara hati – hati.
·Prioritas konseptual dari latihan mungkin menjadi tidak jelas karena siswa diarahkan untuk melakukan banyak tugas belajar pada waktu yang bersamaan.

Kegunaan Pembelajaran Terpadu Model Nested
Model nested sangat tepat digunakan oleh guru yang sedang mecoba memasukkan keterampilan berpikir dan keterampilan bekerja sama kedalam isi pelajaran dalam konten-konten tertentu. Sehingga guru akan terus berusaha agar tataran belajar tepat, pemikiran dan tindakan pembelajaran akan tetap fokus dalam keterampilan berpikir dan keterampilan sosial serta akan meningkatkan pula pengalaman belajar secara keseluruhan.

Penerapan Pembelajaran Terpadu Model Nested
Model nested di sekolah dasar dapat diterapkan khususnya di kelas tinggi, yang sudah pasti semuanya disesuaikan dengan tingkat perkembangan pemahaman siswa. Dalam implementasinya, diawali dengan menentukan konten yang ingin dicapai dalam satu mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan. Dengan menggunakan pokok bahasan / sub pokok bahasan sebagai bingkai untuk menyarang keterampilan, konsep dan perilaku yang diharapkan tercapai.
Kemudian menentukan keterampilan-keterampilan lain yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setelah hal ini dilakukan maka ditentukan langkah-langkah pembelajaran yang diperlukan sebagai strategi pembelajaran dengan mengintegrasikan setiap keterampilan yang akan dikembangkan. Oleh karena itu, guru harus menyusun langkah-langkah pembelajaran secara sistematis sehingga pembelajaran terpadu yang diterapkan tidak membingungkan peserta didik ketika belajar di sekolah.
Langkah-Langkah Pembelajaran Terpadu model  Nested
Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
1)    Tahap Perencanaan
a  Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan.
b  Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.
c   Menentukan sub keterampilan yang dipadukan
d   Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (indikator)
e   Menentukan langkah-langkah pembelajaran

2)   Tahap  Pelaksanaan
Dalam Depdiknas (1996:6), prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi :
a     Guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran.
b   Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
c    Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.

3)   Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Depdiknas (1996:6) hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
a  Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya
b Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.


B. Model Pembelajaran Networking
Model networked adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.

Kelebihan Model Networked
Kelebihan dari model jaringan ini sangat beragam. Pendekatan pembelajaran terintegrasi ini sangat pro-aktif dan alami, dengan model ini peserta didik memulai pencarian dan mengikuti jalan yang baru dia temukan dengan kemampuanya sendiri. Peserta didik dirangsang dengan informasi yang relevan, keterampilan, atau konsep yang diberikan di sepanjang proses pembelajaran. Nilai tambahan dari model jaringan ini bagaimanapun tidak bisa dipaksakan pada peserta didik melainkan harus muncul dari dalam diri masing-masing peserta didik. Namun, mentor memberikan dan memberikan layanan yang diperlukan untuk mendukung tingkat pembelajaran yang lebih tinggi. Pada model networked ini peserta didik terstimulasi oleh informasi, ketrampilan atau konsep-konsep baru.

Kelemahan Model Networked
Kelemahan dari model jaringan sangat dipahami oleh mereka yang telah mengembangkan beragam kepentingan tenaga dari cintanya. Sangat mudah untuk mendapatkan sisi acak ke dalam salah satu ide disampingnya. Ini juga mungkin untuk mendapatkan di dalam pemikiran kita. Sebuah jalan tertentu tampaknya mengundang dan berguna, tapi tiba-tiba menjadi sebaliknya. Manfaat kadang tidak lagi seimbang dengan harga yang harus dibayar. Kelemahan lain adalah bahwa model jaringan, jika dibawa ke ekstrem, dapat menyebarkan minat yang terlalu tipis dan dan tidak terkonsentrasi atau memecah perhatian peserta didik sehingga upaya-upaya pengajaran yang dilakukan menjadi tidak efektif.

Penggunaan Model Networked
Model ini, seperti model yang tersamar, model jaringan sering memindahkan tanggung jawab integrasinya lebih berat kepada pelajar daripada seorang desainer pembelajarannya. Namun, itu adalah model yang sesuai untuk menyajikan motivasi kepada peserta didik. Tutor atau mentor sering menyarankan model jaringan untuk memperluas cakrawala para pelajar atau memberikan perspektif yang diperlukan. Sebagai jaringan berkembang, koneksi atau suatu hubungan terkadang muncul secara kebetulan di sepanjang proses pembelajaran. Seringkali, tanpa sengaja hal ini mendorong peserta didik menemukan kedalaman pengetahuan baru disuatu bidang atau sebenarnya mengarah ke penciptaan bidang yang lebih khusus. Salah satu contoh seperti di era modern sekarang, dalam bidang genetikayang telah mengembangkan sebuah penemuan baru yang dikenal sebagai rekayasa genetik. Ini berlangsung dari lapangan yang merupakan hasil dari pengembangan model jaringan seorang pelajar yang berbakat dengan pelajar lainnya yang mendalami keahliannya tersebut.
                                          
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Terpadu Tipe Networked
Langkah-langkah pengembangan model jaringan adalah sebagai berikut. Analisis perkembangan anak. Tentukan konten kurikulum berdasarkan perkembangan anak dengan membuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan hasil belajar. Buat rancangan kegiatan mingguan (RKM). Tentukan tema dan subtemanya, kaitkan dengan aspek-aspek perkembangan anak. Kemudian tentukan indikator yang akan dikembangkan disetiap aspek kemampuan. Desain model networked, lalu masukkan minat-minat anak sesuai dengan aspek perkembangan anak. Hasil dari rancangan model jaringan (networked) dimasukkan dalam Rancangan Kegiatan Harian dengan berpijak pada tema dan subtema. Tentukan media, fasilitas, strategi, pendekatan maupun metode langkah- langkah kegiatan dalam pelaksanaan (pembukaan, kegiatan inti, dan penutup). Langkah evaluasi terhadap kegiatan tersebut dengan menggunakan RKH yang telah dibuat.

Sumber:


ILUSTRASI MODEL PEMBELAJARAN NESTED DAN NETWORKING
1.  Model Pembelajaran Nested
Dalam model pembelajaran Nested kami mengambil tema tentang kebersihan. Kami akan memberikan contoh kegiatannya. Pertama, pendidik akan menjelaskan tentang  kebersihan menggunakan media video, didalam video terdapat bagaimana cara merawat diri dan merawat lingkungan di sekitarnya. Kedua, pendidik akan memperkenalkan alat-alat untuk menjaga kebersihan dengan menggunakan media gambar contoh alat :
Merawat diri : pasta gigi, sikat gigi, sabun, shampo, sisir, handuk.
Merawat lingkungan : sapu, kemonceng, alat pel, lap, tempat sampah, sekop sampah(
serok). Ketiga, pendidik akan memberikan gambar alat-alat kebersihan untuk diwarnai anak-anak sesuai dengan kreasi mereka. Kemudian yang terakhir setelah anak-anak sudah mengetahui tentang kebersihan dan alat-alat kebersihan, pendidik mengajak anak-anak untuk mempraktekkan membersihkan lingkungannya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas (halaman luar sekolah).
Dalam kegiatan ini aspek yang dapat dikembangkan adalah :
a.    Astetik : video dan gambar yang ditampilkan, hasil kreasi anak-anak dalam mewarnai, suasana membersihkan lingkungan.
b.     Afeksi :
Senang : anak-anak dapat bermain sambil bekerja
Kecewa : ada temannya yang tidak mau terlibat dalam kegiatan
c.     Kognitif : Saat anak dapat mengerti maksud dari video yang ditampilkan, dapat mengerti nama benda-benda untuk kebersihan dan dapat membedakannya, fungsi alat-alat kebersihan dan cara menggunakannya.
d.      Bahasa : Anak dapat mengetahui tentang kosa-kata baru mengenai alat kebersihan
e.       Fisik : Ketika menyapu (gerakkan tangan), mengelap, menyerok, mewarnai
f.       Sosial : Dapat bekerjasama dengan temannya (gotong royong) ketika membersihkan lingkungan,


2. Model Pembelajaran Networking
Dalam model pembelajaran Networking kita mengambil tema tentang profesi. Pendidik memberikan gambaran beberapa profesi misalnya guru, dokter, petani, pedagang dan polisi. Setelah pendidik menjelaskan dan melihat respon anak-anak, tampaknya anak-anak lebih tertarik pada profesi petani. Ketika pendidik menanyakan pada anak-anak mengapa mereka lebih menyukai profesi petani, ada yang menjawab karena suka bermain lumpur, suka bermain air, suka bermain di alam dan ingin menanam padi. Kemudian pendidik mendatangkan petani didalam kelas, anak-anak diberi kesempatan untuk bertanya kepada petani seperti apa pekerjaan seorang petani, apa saja alat yang digunakan petani. Setelah itu anak-anak meminta untuk pergi kesawah untuk mengamati secara langsung petani yang sedang bekerja dan ikut serta membantu, misalnya mencabut rumput, menanam benih padi. Dari kegiatan itu aspek yang dapat dikembangkan :
a.    Bahasa : tanya jawab kepada petani
b. Fisik : mencabut rumput dan menanam benih padi (gerakkan kaki mundur dan tangan/keseimbangan)
c. Kognitif : saat mengajukan pertanyaan kepada petani dan mengetahui apa saja yang harus dilakukan sebelum menanam padi, mengetahui cara menanam padi.
d.   Sosial : dapat berinteraksi dengan petani, berinteraksi dengan teman, bekerjasama.
e.    Afeksi :
Gembira : Dapat bermain lumpur
Jengkel : Tidak dapat menanam dengan baik
f.       Astetik : suasana bertani, suasana pertanian (sawah).