A. Model Pembelajaran Nested
Model Sarang (Nested) adalah model pembelajaran
terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan
keterampilan berpikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap
dan komunikasi.
Model nested memberikan perhatian yang
dibutuhkan untuk beberapa bidang pada waktu yang bersamaan, dan tidak
membutuhkan beban waktu tambahan untuk bekerja dan merencanakan dengan guru
yang lain. Dengan model ini, seorang guru secara mandiri dapat memberikan
integrasi kurikulum yang luas.
Kelebihan pembelajaran terpadu model Nested
·Guru dapat memadukan beberapa
keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran.
·Pembelajaran semakin berkembang dan
diperkaya dengan menjaring dan mengumpulkan sejumlah tujuan dalam pengalaman
belajar siswa.
·Pembelajaran dapat mencakup banyak
dimensi dengan memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan
sosial dan ide lain yang ditemukan.
·Memberikan perhatian pada berbagai
bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu
sehingga guru dapat memadukan kurikulum secara luas.
Kekurangan
pembelajaran terpadu model Nested
·Model nested ini muncul dari
kealamiahannya. Dengan mengumpulkan dua, tiga, atau empat target belajar dalam
satu latihan mungkin membingungkan siswa jika pengumpulan ini tidak dilakukan
secara hati – hati.
·Prioritas konseptual dari latihan
mungkin menjadi tidak jelas karena siswa diarahkan untuk melakukan banyak tugas
belajar pada waktu yang bersamaan.
Kegunaan
Pembelajaran Terpadu Model Nested
Model nested sangat tepat digunakan oleh
guru yang sedang mecoba memasukkan keterampilan berpikir dan keterampilan
bekerja sama kedalam isi pelajaran dalam konten-konten tertentu. Sehingga guru
akan terus berusaha agar tataran belajar tepat, pemikiran dan tindakan
pembelajaran akan tetap fokus dalam keterampilan berpikir dan keterampilan
sosial serta akan meningkatkan pula pengalaman belajar secara keseluruhan.
Penerapan
Pembelajaran Terpadu Model Nested
Model nested di sekolah dasar dapat
diterapkan khususnya di kelas tinggi, yang sudah pasti semuanya disesuaikan
dengan tingkat perkembangan pemahaman siswa. Dalam implementasinya, diawali
dengan menentukan konten yang ingin dicapai dalam satu mata pelajaran dan jenis
keterampilan yang dipadukan. Dengan menggunakan pokok bahasan / sub pokok
bahasan sebagai bingkai untuk menyarang keterampilan, konsep dan perilaku yang
diharapkan tercapai.
Kemudian menentukan
keterampilan-keterampilan lain yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Setelah hal ini dilakukan maka ditentukan langkah-langkah
pembelajaran yang diperlukan sebagai strategi pembelajaran dengan
mengintegrasikan setiap keterampilan yang akan dikembangkan. Oleh karena itu,
guru harus menyusun langkah-langkah pembelajaran secara sistematis sehingga
pembelajaran terpadu yang diterapkan tidak membingungkan peserta didik ketika
belajar di sekolah.
Langkah-Langkah
Pembelajaran Terpadu model Nested
Pada dasarnya langkah-langkah
pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) mengikuti tahap-tahap yang dilalui
dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga tahap yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
1) Tahap
Perencanaan
a Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan.
b Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator.
c Menentukan sub keterampilan yang dipadukan
d Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (indikator)
e Menentukan langkah-langkah pembelajaran
2)
Tahap Pelaksanaan
Dalam Depdiknas (1996:6), prinsip-prinsip
pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi :
a Guru
hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan
pembelajaran.
b Pemberian
tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerja sama kelompok.
c Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang
terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.
3) Tahap
Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses
pembelajaran dan evaaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Depdiknas
(1996:6) hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
a Memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk
evaluasi lainnya
b Guru
perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah
dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan
dicapai.
B.
Model Pembelajaran Networking
Model networked adalah model
pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari
data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya
atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari
berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV,
atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa
memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena
rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
Kelebihan
Model Networked
Kelebihan dari model jaringan ini sangat beragam.
Pendekatan pembelajaran terintegrasi ini sangat pro-aktif dan alami, dengan
model ini peserta didik memulai pencarian dan mengikuti jalan yang baru dia
temukan dengan kemampuanya sendiri. Peserta didik dirangsang dengan informasi
yang relevan, keterampilan, atau konsep yang diberikan di sepanjang proses
pembelajaran. Nilai tambahan dari model jaringan ini bagaimanapun tidak bisa
dipaksakan pada peserta didik melainkan harus muncul dari dalam diri
masing-masing peserta didik. Namun, mentor memberikan dan memberikan layanan
yang diperlukan untuk mendukung tingkat pembelajaran yang lebih tinggi. Pada
model networked ini peserta didik terstimulasi oleh informasi, ketrampilan atau
konsep-konsep baru.
Kelemahan
Model Networked
Kelemahan dari model jaringan sangat dipahami oleh
mereka yang telah mengembangkan beragam kepentingan tenaga dari cintanya.
Sangat mudah untuk mendapatkan sisi acak ke dalam salah satu ide disampingnya.
Ini juga mungkin untuk mendapatkan di dalam pemikiran kita. Sebuah jalan
tertentu tampaknya mengundang dan berguna, tapi tiba-tiba menjadi sebaliknya.
Manfaat kadang tidak lagi seimbang dengan harga yang harus dibayar. Kelemahan
lain adalah bahwa model jaringan, jika dibawa ke ekstrem, dapat menyebarkan
minat yang terlalu tipis dan dan tidak terkonsentrasi atau memecah perhatian
peserta didik sehingga upaya-upaya pengajaran yang dilakukan menjadi tidak
efektif.
Penggunaan
Model Networked
Model ini, seperti model yang tersamar, model
jaringan sering memindahkan tanggung jawab integrasinya lebih berat kepada
pelajar daripada seorang desainer pembelajarannya. Namun, itu adalah model yang
sesuai untuk menyajikan motivasi kepada peserta didik. Tutor atau mentor sering
menyarankan model jaringan untuk memperluas cakrawala para pelajar atau
memberikan perspektif yang diperlukan. Sebagai jaringan berkembang, koneksi
atau suatu hubungan terkadang muncul secara kebetulan di sepanjang proses
pembelajaran. Seringkali, tanpa sengaja hal ini mendorong peserta didik
menemukan kedalaman pengetahuan baru disuatu bidang atau sebenarnya mengarah ke
penciptaan bidang yang lebih khusus. Salah satu contoh seperti di era modern
sekarang, dalam bidang genetikayang telah mengembangkan sebuah penemuan baru
yang dikenal sebagai rekayasa genetik. Ini berlangsung dari lapangan yang
merupakan hasil dari pengembangan model jaringan seorang pelajar yang berbakat
dengan pelajar lainnya yang mendalami keahliannya tersebut.
Langkah-Langkah
Model Pembelajaran Terpadu Tipe Networked
Langkah-langkah pengembangan model jaringan adalah
sebagai berikut. Analisis perkembangan anak. Tentukan konten kurikulum
berdasarkan perkembangan anak dengan membuat standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, dan hasil belajar. Buat rancangan kegiatan mingguan (RKM).
Tentukan tema dan subtemanya, kaitkan dengan aspek-aspek perkembangan anak.
Kemudian tentukan indikator yang akan dikembangkan disetiap aspek kemampuan.
Desain model networked, lalu masukkan minat-minat anak sesuai dengan aspek
perkembangan anak. Hasil dari rancangan model jaringan (networked) dimasukkan dalam
Rancangan Kegiatan Harian dengan berpijak pada tema dan subtema. Tentukan
media, fasilitas, strategi, pendekatan maupun metode langkah- langkah kegiatan
dalam pelaksanaan (pembukaan, kegiatan inti, dan penutup). Langkah evaluasi
terhadap kegiatan tersebut dengan menggunakan RKH yang telah dibuat.
Sumber:
ILUSTRASI
MODEL PEMBELAJARAN NESTED DAN NETWORKING
1. Model Pembelajaran Nested
Dalam model pembelajaran Nested kami mengambil tema
tentang kebersihan. Kami akan memberikan contoh kegiatannya. Pertama, pendidik
akan menjelaskan tentang kebersihan
menggunakan media video, didalam video terdapat bagaimana cara merawat diri dan
merawat lingkungan di sekitarnya. Kedua, pendidik akan memperkenalkan alat-alat
untuk menjaga kebersihan dengan menggunakan media gambar contoh alat :
Merawat diri :
pasta gigi, sikat gigi, sabun, shampo, sisir, handuk.
Merawat
lingkungan : sapu, kemonceng, alat pel, lap, tempat sampah, sekop sampah(
serok). Ketiga, pendidik akan memberikan gambar alat-alat kebersihan untuk diwarnai anak-anak sesuai dengan kreasi mereka. Kemudian yang terakhir setelah anak-anak sudah mengetahui tentang kebersihan dan alat-alat kebersihan, pendidik mengajak anak-anak untuk mempraktekkan membersihkan lingkungannya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas (halaman luar sekolah).
serok). Ketiga, pendidik akan memberikan gambar alat-alat kebersihan untuk diwarnai anak-anak sesuai dengan kreasi mereka. Kemudian yang terakhir setelah anak-anak sudah mengetahui tentang kebersihan dan alat-alat kebersihan, pendidik mengajak anak-anak untuk mempraktekkan membersihkan lingkungannya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas (halaman luar sekolah).
Dalam kegiatan ini aspek yang dapat
dikembangkan adalah :
a. Astetik : video dan gambar yang
ditampilkan, hasil kreasi anak-anak dalam mewarnai, suasana membersihkan
lingkungan.
b. Afeksi :
Senang :
anak-anak dapat bermain sambil bekerja
Kecewa : ada
temannya yang tidak mau terlibat dalam kegiatan
c. Kognitif : Saat anak dapat mengerti
maksud dari video yang ditampilkan, dapat mengerti nama benda-benda untuk
kebersihan dan dapat membedakannya, fungsi alat-alat kebersihan dan cara
menggunakannya.
d.
Bahasa : Anak dapat mengetahui tentang
kosa-kata baru mengenai alat kebersihan
e.
Fisik : Ketika menyapu (gerakkan tangan),
mengelap, menyerok, mewarnai
f.
Sosial : Dapat bekerjasama dengan
temannya (gotong royong) ketika membersihkan lingkungan,
2.
Model Pembelajaran Networking
Dalam model pembelajaran Networking kita mengambil
tema tentang profesi. Pendidik memberikan gambaran beberapa profesi misalnya
guru, dokter, petani, pedagang dan polisi. Setelah pendidik menjelaskan dan
melihat respon anak-anak, tampaknya anak-anak lebih tertarik pada profesi
petani. Ketika pendidik menanyakan pada anak-anak mengapa mereka lebih menyukai
profesi petani, ada yang menjawab karena suka bermain lumpur, suka bermain air,
suka bermain di alam dan ingin menanam padi. Kemudian pendidik mendatangkan
petani didalam kelas, anak-anak diberi kesempatan untuk bertanya kepada petani
seperti apa pekerjaan seorang petani, apa saja alat yang digunakan petani.
Setelah itu anak-anak meminta untuk pergi kesawah untuk mengamati secara
langsung petani yang sedang bekerja dan ikut serta membantu, misalnya mencabut
rumput, menanam benih padi. Dari kegiatan itu aspek yang dapat dikembangkan :
a.
Bahasa : tanya jawab kepada petani
b. Fisik : mencabut rumput dan menanam
benih padi (gerakkan kaki mundur dan tangan/keseimbangan)
c. Kognitif : saat mengajukan pertanyaan
kepada petani dan mengetahui apa saja yang harus dilakukan sebelum menanam
padi, mengetahui cara menanam padi.
d.
Sosial : dapat berinteraksi dengan
petani, berinteraksi dengan teman, bekerjasama.
e.
Afeksi :
Gembira : Dapat
bermain lumpur
Jengkel : Tidak
dapat menanam dengan baik
f.
Astetik : suasana bertani, suasana
pertanian (sawah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar