Senin, 21 November 2016

Kisah Singkatku

Kurang lebih 2 tahun yang lalu, aku pernah bercita-cita menjadi guru Pendidikan Geografi. Yang bermimpi dapat masuk jurusan Pendidikan Geografi sebuah Universitas Negeri di daerahku. Tetapi dalam perjalanan untuk mengapai cita-cita itu ternyata Tuhan berkehendak lain. Sempat aku kecewa dan bingung harus bagaimana, untungnya dulu aku mengingat arti dari sebuah surat Al-Baqarah ayat 216 "...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." Alhamdulillah kekecewaanku pun tidak berlarut-larut.

Aku tidak pernah menyangka kalau pada akhirnya masuk Universitas Swasta di daerahku. Benar-benar tidak terlintas di pikiranku karena aku terlalu fokus pada satu mimpiku. Kebetulan Universitas Swasta yang aku masuki juga tidak ada jurusan Pendidikan Geografi. Yaaaa... aku telah mengikhlaskan semua yang telah terjadi dan aku memilih jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini atau di singkat PG PAUD. Kenapa waktu itu aku bisa memilih jurusan PG PAUD? Aku pikir karena aku menyukai anak-anak dan orangtuaku terutama ibu juga sangat mendukung keputusanku.

Tidak terasa sekarang aku sudah semester 3, waktu cepat berlalu ya? 😁. Banyak sekali pengetahuan baru yang aku dapatkan dan paradigma berpikir aku yang berubah terutama tentang Anak Usia Dini. Univeritas Swasta tempat aku membina ilmu ini berbasis Islam jadi aku juga banyak belajar tentang agamaku. Jika ditanya apakah aku bahagia? Iyaaa... aku bahagia, aku senang, aku bersyukur dengan apa yang aku jalani sekarang 😊.


Selasa, 04 Oktober 2016

Pendidikan Seks pada Anak Mencegah Terjadinya Kekerasan Seksual



Akhir-akhir ini banyak terjadi kekerasan seksual anak di bawah umur yang bahkan pelakunya dilakukan oleh orang terdekat. Kekerasan seksual pada anak adalah pemaksaan, ancaman atau keterpedayaan seorang anak dalam aktivitas seksual. Aktivitas seksual tersebut dapat meliputi melihat, meraba, tekanan, pencabulan dan pemerkosaan. Kekerasan seksual pada anak juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan penyiksaan dimana dilakukan oleh orang dewasa atau orang yang lebih tua menggunakan anak untuk rangsangan seksualnya. Tindakan penyiksaan tersebut dapat berupa pemaksaan atau penekanan pelaku terhadap anak untuk melakukan aktivitas seksual, melihat alat kelamin anak (kecuali dalam hal medis), kontak fisik dengan alat kelamin anak maupun bagian vital lainnya (kecuali dalam hal medis), memaparkan hal yang tidak senonoh mengenai alat kelamin anak, dan menunjukkan video atau gambar porno kepada anak. Pelaku melakukan kekerasan seksual pada anak dengan cara menggunakan metode bujukan, misalnya dengan memberi hadiah atau mainan dan menggunakan metode tipuan, misalnya diajak ke tempat rekreasi hingga pada akhirnya berujung kekerasan seksual pada anak.

Di indonesia sendiri kekerasan seksual pada anak mengalami peningkatan setiap tahunnya. Bentuk kekerasan seksual yang dialami oleh anak juga beragam. Masalah kekerasan seksual ini sudah berlangsung sejak lama dan selalu mengalami peningkatan. Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa kekerasan seksual terhadap anak merupakan kejahatan luar biasa sebagimana dilaporkan oleh Mazrieva dari VOA Indonesia (2016). Menurut laporan dari Komisi Nasional Perlindungan Anak pada tahun 2010-2015 kasus kekerasan seksual mendominasi laporan kasus pelanggaran hak anak. Pada tahun 2015 Komisi Nasional Perlindungan Anak menerima 2898 laporan pelanggaran hak anak dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi dimana 59% diantaranya merupakan laporan mengenai kekerasan seksual. Lebih lanjut menurut International Labor Organization (ILO) yang diperkuat oleh United Nation Children’s Fund (UNICEF) angka kekerasan seksual anak lebih besar. Dalam catatan kedua organisasi tersebut angka kekerasan seksual anak mencapai 70.000 setiap tahunnya (Eddyono, Sofian, Akbari, 2016: 1). 

Untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak, maka orang tua harus selalu memperhatikan anak dan meluangkan waktunya untuk memberikan pengawasan kepada anak dan yang terpenting adalah memberikan pendidikan seks pada anak. Pendidikan seks juga sebaiknya dilakukan sejak dini, dilakukan dengan jujur dan disesuaikan dengan umur atau pemahaman anak. Hindari pengenalan bagian intim dengan penggantian nama atau istilah lain, tetapi tetap gunakanlah nama sebenarnya misalnya penis, vagina, dan payudara. Karena penggunaan istilah lain seperti burung untuk penis hanya akan membuat anak bingung. Ajarkan anak untuk menghargai dirinya dengan menjaga kebersihan tubuh setiap hari. Jangan sampai jika anak menanyakan tentang bagian tubuh tertentu, orang tua malah menertawakannya. Orang tua sebaiknya menjawab dan jawaban tersebut singkat dan seperlunya saja sesuai dengan pertanyaan, tidak perlu menjawab lebih dari yang dipertanyakan anak. 

Ketika di rumah biasakan anak untuk tidak berpakaian minim, pisahkan  kamar anak dengan orang tua atau saudara lawan jenisnya, biasakan juga untuk anak mengetuk kamar orang tua dengan cara orang tua terlebih dahulu mengetuk pintu apabila akan memasuki kamar anaknya. Orang tua juga harus mengenalkan perasaan marah, menyenangkan, menyedikan, membingungkan. Dan ajarkan kepada anak untuk bersikap tegas, judes bahkan berbohong ketika merasa keadaan anak terancam, ada orang yang memaksa anak untuk melakukan hal yang tidak disukai termasuk orang yang paling dekat sekalipun seperti kakak, guru atau teman. Tanamkan rasa malu sejak dini kepada anak, agar anak tahu bahwa alat kelamin adalah area pribadinya yang tidak boleh disentuh atau dilihat oleh sembarang orang. Berikan juga pendidikan seks kepada anak ketika anak berada di luar rumah. Seperti ketika ganti baju tidak boleh di tempat umum karena banyak orang, harus ganti di ruang ganti baju. Jika ada orang yang menyentuh bagian dada, perut, sekitar celana itu tidak boleh dan ajarkan anak untuk berteriak “tidak dan tolong” lalu lari menuju keramaian. Beritahu anak untuk menolak diberi permen, mainan, hadiah maupun diajak ikut dengan orang yang tidak dikenal ketika anak sendiri, tidak ada orang tua disampingnya.

Adanya pendidikan seks pada anak sejak dini ini akan membentengi diri anak dari kekerasan seksual, dapat menghindarkan dari pernikahan di luar nikah karena pergaulan bebas dan anak juga dapat lebih menjaga tubuhnya.

Kamis, 30 Juni 2016

Penyebab LGBT


LGBT adalah singkatan dari lesbian, gay, biseksual, transgender. Istilah tersebut kini sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, baik itu di dunia maupun di Indonesia. Karena akhir-akhir ini banyak kaum LGBT yang menunjukkan eksistensinya secara terbuka, mereka tidak malu lagi dengan keadaan yang dialaminya. Di tambah, negara Amerika Serikat sebagai negara terkaya dan terkuat di dunia pada tanggal 26 juni 2015 melegalkan pernikahan sejenis dan LGBT. Dengan adanya pelegalan tersebut, kini kaum LGBT merasa terlindungi dan mempunyai hak.

Adapun penyebab LGBT (lesbian, gay, biseksual, transgender) anatar lain:
1.      Pendampingan Orangtua
Menurut Sigmund Freud, tahap ketiga yaitu tahap phallic (3-6 tahun) anak terikat dengan orangtua dari jenis kelamin yang berlawanan dan kemudian mengidentifikasikan dengan orangtua yang berjenis kelamin sama. Jika orang tua tidak melakukan pendampingan atau hanya Ayah/Ibu saja yang mendampingi maka anak akan mengalami problem seksual.
2.      Peran Orangtua
Porsi peran antara Ayah dan Ibu harus sama, tidak boleh salah satu saja yang mendominasi hari-harinya.
3.      Trauma
Pengalaman yang menakutkan akan menjadi trauma. Misalnya kekerasan yang dilakukan Ayah kepada Ibu kemudian terjadi perceraian. Anak melihat bagaimana Ayahnya melakukan kekerasan kepada Ibunya dan timbullah rasa benci anak perempuan tersebut kepada Ayahnya dan berujung membenci sosok laki-laki yang menyebabkan anak tersebut menjadi lesbian.
4.      Lingkungan dan Pergaulan
Erik H. Erikson menekankan pengaruh sosial dalam perkembangan kepribadian. Dapat dijabarkan bahwa lingkungan tempat tinggallah yang mempengaruhi anak menemukan jati diri mereka. Jika anak tinggal dengan kaum LGBT maka ada kemungkinan anak tersebut akan terpengaruh. Pergaulan antara teman sebaya yang berjenis kelamin sama juga merupakan penyebab LGBT, karena terlalu dalam hubungan pertemanan mereka yang dirasa teman sejenisnya itu yang paling bisa mengerti dan menyayangi dia kemudian pertemanan tersebut berujung hubungan yang menyimpang.
5.      Moral dan Akhlak
Seorang yang mempunyai moral dan akhlak yang baik tentu saja tidak melanggar norma yang ada pada masyarakat dan ajaran agama yang dianut. Karena pada hakekatnya  manusia sudah mempunyai khodrat masing-masing dan seharusnya mensyukuri apa yang sudah diberikan-Nya. 

Di Indonesia sendiri masalah LGBT masih menjadi kontroversi, ada beberapa pihak yang mendukung dan ada juga yang menentang keras keberadaan kaum LGBT.

Gangguan Perkembangan Autisme


Kurang bijak kiranya jika kita mengabaikan anak-anak disekitar kita yang tergolong berkebutuhan khusus, sementara anak-anak normal selalu diprioritaskan dalam hal apapun. Keberadaan anak berkebutuhan khusus harus kita perhatikan, dan keterbatasannya harus kita tangani. Salah satu gangguan pada anak usia dini yang kini mulai menjadi perhatian orangtua dan pendidik PAUD adalah gangguan perkembangan autisme.

Pengertian Autisme
Monks dkk., mengungkapkan bahwa autisme berasal dari kata autos yang berarti aku. Pada pengertian nonilmiah kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa semua anak yang mengarah pada dirinya sendiri disebut dengan autisme.
            Sementara itu, Berk mengartikan autisme dengan istilah absorbed in the self atau keasyikan dalam dirinya sendiri. Sementara Wall mengartikan autisme sebagai aloof atau withdrawn, yang mana anak-anak dengan gangguan autisme ini tidak tertarik dengan dunia disekelilingnya. Kemudian, Tilton mengungkapkan bahwa pemberian nama autisme karena hal ini diyakini dari “keasyikan yang berlebihan” dalam dirinya sendiri.
            Berdasarkan berbagai arti tersebut, autisme secara sederhana dapat diartikan dengan sikap anak yang cenderung suka menyendiri karena terlalu asyik dengan dunianya sendiri. Dengan kata lain, anak dengan gangguan autisme adalah anak yang sibuk dengan urusannya sendiri ketimbang bersosialisasi dengan orang lain disekitarnya.

Jenis-jenis Autisme
Ditinjau dari kemunculannya/kejadiannya, anak dengan gangguan autisme dibagi menjadi dua macam, yaitu:
a.       Autisme Klasik
Anak yang mengalami gangguan autisme sejak dilahirkan.
b.      Autisme Regresi
Gangguan autisme muncul setelah anak berusia 1,5 hingga 2 tahun.

Penyebab Gangguan Autisme pada Anak Usia Dini
Berikut ini adalah beberapa dugaan penyebab autisme pada anak usia dini.
a.       Gangguan Susunan Saraf Pusat
b.      Gangguan pada Metabolisme (Sistem Pencernaan)
c.       Peradangan Dinding Usus
d.      Faktor Genetik
e.       Usia orangtua
f.       Keracunan Logam Berat

Ciri-ciri Anak dengan Gangguan Autisme
Berikut ini merupakan ciri-ciri anak usia dini dengan gangguan autisme pada anak usia dini.
a.      Interaksi Sosial
1)      Cuek terhadap lingkungan.
2)  Kontak mata sangat kurang, bahkan tidak mau menatap mata lawan bicaranya.
3)      Ekspresi muka kurang hidup.
4)      Tidak mau bermain dengan teman sebayanya.
5)      Suka bermain dengan dirinya sendiri.
6)      Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa meniru.
7)    Tidak memiliki empati atau tidak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.
b.      Komunikasi
1)      Terlambat bicara.
2)    Tidak memiliki usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain selain bicara.
3)      Jika bicara,bicaranya tidak untuk berkomunikasi.
4)      Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
5)      Tidak dapat memahami pembicaran orang lain.
c.       Perilaku
1)      Cuek terhadap lingkungan
2)    Perilaku tak terarah, seperti suka mondar-mandir, lari-lari, manjat-manjat, berputar-putar,melompat-lompat, dan lainnya.
3)  Sering kali sangat terpukau pada benda-benda yang berputar atau benda-benda yang bergerak.
4)     Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.
5)     Terpaku pada satu kegiatan rutin yang tidak ada gunanya.
6)   Mempertahankan satu permainan atau lebih dengan cara yang khas dan berlebihan.

Penanganan Anak Usia Dini dengan Gangguan Autisme
a.       Terapi Perilaku
b.      Terapi Bermain
c.       Terapi Wicara


 Daftar Pustaka
§  Yuwono, Joko. 2009. Memahami Anak Autistik : Kajian Teoritik dan Empirik. Yogyakarta: Alfabeta.
§  Prasetyono,  Dwi Sunar. 2008. Biarkan Anakmu Bermain: Mengenal Manfaat dan Pengaruh Positif Permainan bagi Perkembangan Psikologi Anak. Yogyakarta: Diva Press.



Senin, 04 April 2016

MODEL PEMBELAJARAN NESTED DAN NETWORKING


A.  Model Pembelajaran Nested
Model Sarang (Nested) adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berpikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi.
Model nested memberikan perhatian yang dibutuhkan untuk beberapa bidang pada waktu yang bersamaan, dan tidak membutuhkan beban waktu tambahan untuk bekerja dan merencanakan dengan guru yang lain. Dengan model ini, seorang guru secara mandiri dapat memberikan integrasi kurikulum yang luas.
 Kelebihan pembelajaran terpadu model Nested
·Guru dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam pembelajaran satu mata pelajaran.
·Pembelajaran semakin berkembang dan diperkaya dengan menjaring dan mengumpulkan sejumlah tujuan dalam pengalaman belajar siswa.
·Pembelajaran dapat mencakup banyak dimensi dengan memfokuskan pada isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide lain yang ditemukan.
·Memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan waktu sehingga guru dapat memadukan kurikulum secara luas.

Kekurangan pembelajaran terpadu model Nested
·Model nested ini muncul dari kealamiahannya. Dengan mengumpulkan dua, tiga, atau empat target belajar dalam satu latihan mungkin membingungkan siswa jika pengumpulan ini tidak dilakukan secara hati – hati.
·Prioritas konseptual dari latihan mungkin menjadi tidak jelas karena siswa diarahkan untuk melakukan banyak tugas belajar pada waktu yang bersamaan.

Kegunaan Pembelajaran Terpadu Model Nested
Model nested sangat tepat digunakan oleh guru yang sedang mecoba memasukkan keterampilan berpikir dan keterampilan bekerja sama kedalam isi pelajaran dalam konten-konten tertentu. Sehingga guru akan terus berusaha agar tataran belajar tepat, pemikiran dan tindakan pembelajaran akan tetap fokus dalam keterampilan berpikir dan keterampilan sosial serta akan meningkatkan pula pengalaman belajar secara keseluruhan.

Penerapan Pembelajaran Terpadu Model Nested
Model nested di sekolah dasar dapat diterapkan khususnya di kelas tinggi, yang sudah pasti semuanya disesuaikan dengan tingkat perkembangan pemahaman siswa. Dalam implementasinya, diawali dengan menentukan konten yang ingin dicapai dalam satu mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan. Dengan menggunakan pokok bahasan / sub pokok bahasan sebagai bingkai untuk menyarang keterampilan, konsep dan perilaku yang diharapkan tercapai.
Kemudian menentukan keterampilan-keterampilan lain yang akan dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setelah hal ini dilakukan maka ditentukan langkah-langkah pembelajaran yang diperlukan sebagai strategi pembelajaran dengan mengintegrasikan setiap keterampilan yang akan dikembangkan. Oleh karena itu, guru harus menyusun langkah-langkah pembelajaran secara sistematis sehingga pembelajaran terpadu yang diterapkan tidak membingungkan peserta didik ketika belajar di sekolah.
Langkah-Langkah Pembelajaran Terpadu model  Nested
Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang) mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.
1)    Tahap Perencanaan
a  Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan.
b  Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.
c   Menentukan sub keterampilan yang dipadukan
d   Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (indikator)
e   Menentukan langkah-langkah pembelajaran

2)   Tahap  Pelaksanaan
Dalam Depdiknas (1996:6), prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi :
a     Guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran.
b   Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok.
c    Guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan.

3)   Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Depdiknas (1996:6) hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
a  Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya
b Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.


B. Model Pembelajaran Networking
Model networked adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.

Kelebihan Model Networked
Kelebihan dari model jaringan ini sangat beragam. Pendekatan pembelajaran terintegrasi ini sangat pro-aktif dan alami, dengan model ini peserta didik memulai pencarian dan mengikuti jalan yang baru dia temukan dengan kemampuanya sendiri. Peserta didik dirangsang dengan informasi yang relevan, keterampilan, atau konsep yang diberikan di sepanjang proses pembelajaran. Nilai tambahan dari model jaringan ini bagaimanapun tidak bisa dipaksakan pada peserta didik melainkan harus muncul dari dalam diri masing-masing peserta didik. Namun, mentor memberikan dan memberikan layanan yang diperlukan untuk mendukung tingkat pembelajaran yang lebih tinggi. Pada model networked ini peserta didik terstimulasi oleh informasi, ketrampilan atau konsep-konsep baru.

Kelemahan Model Networked
Kelemahan dari model jaringan sangat dipahami oleh mereka yang telah mengembangkan beragam kepentingan tenaga dari cintanya. Sangat mudah untuk mendapatkan sisi acak ke dalam salah satu ide disampingnya. Ini juga mungkin untuk mendapatkan di dalam pemikiran kita. Sebuah jalan tertentu tampaknya mengundang dan berguna, tapi tiba-tiba menjadi sebaliknya. Manfaat kadang tidak lagi seimbang dengan harga yang harus dibayar. Kelemahan lain adalah bahwa model jaringan, jika dibawa ke ekstrem, dapat menyebarkan minat yang terlalu tipis dan dan tidak terkonsentrasi atau memecah perhatian peserta didik sehingga upaya-upaya pengajaran yang dilakukan menjadi tidak efektif.

Penggunaan Model Networked
Model ini, seperti model yang tersamar, model jaringan sering memindahkan tanggung jawab integrasinya lebih berat kepada pelajar daripada seorang desainer pembelajarannya. Namun, itu adalah model yang sesuai untuk menyajikan motivasi kepada peserta didik. Tutor atau mentor sering menyarankan model jaringan untuk memperluas cakrawala para pelajar atau memberikan perspektif yang diperlukan. Sebagai jaringan berkembang, koneksi atau suatu hubungan terkadang muncul secara kebetulan di sepanjang proses pembelajaran. Seringkali, tanpa sengaja hal ini mendorong peserta didik menemukan kedalaman pengetahuan baru disuatu bidang atau sebenarnya mengarah ke penciptaan bidang yang lebih khusus. Salah satu contoh seperti di era modern sekarang, dalam bidang genetikayang telah mengembangkan sebuah penemuan baru yang dikenal sebagai rekayasa genetik. Ini berlangsung dari lapangan yang merupakan hasil dari pengembangan model jaringan seorang pelajar yang berbakat dengan pelajar lainnya yang mendalami keahliannya tersebut.
                                          
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Terpadu Tipe Networked
Langkah-langkah pengembangan model jaringan adalah sebagai berikut. Analisis perkembangan anak. Tentukan konten kurikulum berdasarkan perkembangan anak dengan membuat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan hasil belajar. Buat rancangan kegiatan mingguan (RKM). Tentukan tema dan subtemanya, kaitkan dengan aspek-aspek perkembangan anak. Kemudian tentukan indikator yang akan dikembangkan disetiap aspek kemampuan. Desain model networked, lalu masukkan minat-minat anak sesuai dengan aspek perkembangan anak. Hasil dari rancangan model jaringan (networked) dimasukkan dalam Rancangan Kegiatan Harian dengan berpijak pada tema dan subtema. Tentukan media, fasilitas, strategi, pendekatan maupun metode langkah- langkah kegiatan dalam pelaksanaan (pembukaan, kegiatan inti, dan penutup). Langkah evaluasi terhadap kegiatan tersebut dengan menggunakan RKH yang telah dibuat.

Sumber:


ILUSTRASI MODEL PEMBELAJARAN NESTED DAN NETWORKING
1.  Model Pembelajaran Nested
Dalam model pembelajaran Nested kami mengambil tema tentang kebersihan. Kami akan memberikan contoh kegiatannya. Pertama, pendidik akan menjelaskan tentang  kebersihan menggunakan media video, didalam video terdapat bagaimana cara merawat diri dan merawat lingkungan di sekitarnya. Kedua, pendidik akan memperkenalkan alat-alat untuk menjaga kebersihan dengan menggunakan media gambar contoh alat :
Merawat diri : pasta gigi, sikat gigi, sabun, shampo, sisir, handuk.
Merawat lingkungan : sapu, kemonceng, alat pel, lap, tempat sampah, sekop sampah(
serok). Ketiga, pendidik akan memberikan gambar alat-alat kebersihan untuk diwarnai anak-anak sesuai dengan kreasi mereka. Kemudian yang terakhir setelah anak-anak sudah mengetahui tentang kebersihan dan alat-alat kebersihan, pendidik mengajak anak-anak untuk mempraktekkan membersihkan lingkungannya, baik di dalam kelas maupun di luar kelas (halaman luar sekolah).
Dalam kegiatan ini aspek yang dapat dikembangkan adalah :
a.    Astetik : video dan gambar yang ditampilkan, hasil kreasi anak-anak dalam mewarnai, suasana membersihkan lingkungan.
b.     Afeksi :
Senang : anak-anak dapat bermain sambil bekerja
Kecewa : ada temannya yang tidak mau terlibat dalam kegiatan
c.     Kognitif : Saat anak dapat mengerti maksud dari video yang ditampilkan, dapat mengerti nama benda-benda untuk kebersihan dan dapat membedakannya, fungsi alat-alat kebersihan dan cara menggunakannya.
d.      Bahasa : Anak dapat mengetahui tentang kosa-kata baru mengenai alat kebersihan
e.       Fisik : Ketika menyapu (gerakkan tangan), mengelap, menyerok, mewarnai
f.       Sosial : Dapat bekerjasama dengan temannya (gotong royong) ketika membersihkan lingkungan,


2. Model Pembelajaran Networking
Dalam model pembelajaran Networking kita mengambil tema tentang profesi. Pendidik memberikan gambaran beberapa profesi misalnya guru, dokter, petani, pedagang dan polisi. Setelah pendidik menjelaskan dan melihat respon anak-anak, tampaknya anak-anak lebih tertarik pada profesi petani. Ketika pendidik menanyakan pada anak-anak mengapa mereka lebih menyukai profesi petani, ada yang menjawab karena suka bermain lumpur, suka bermain air, suka bermain di alam dan ingin menanam padi. Kemudian pendidik mendatangkan petani didalam kelas, anak-anak diberi kesempatan untuk bertanya kepada petani seperti apa pekerjaan seorang petani, apa saja alat yang digunakan petani. Setelah itu anak-anak meminta untuk pergi kesawah untuk mengamati secara langsung petani yang sedang bekerja dan ikut serta membantu, misalnya mencabut rumput, menanam benih padi. Dari kegiatan itu aspek yang dapat dikembangkan :
a.    Bahasa : tanya jawab kepada petani
b. Fisik : mencabut rumput dan menanam benih padi (gerakkan kaki mundur dan tangan/keseimbangan)
c. Kognitif : saat mengajukan pertanyaan kepada petani dan mengetahui apa saja yang harus dilakukan sebelum menanam padi, mengetahui cara menanam padi.
d.   Sosial : dapat berinteraksi dengan petani, berinteraksi dengan teman, bekerjasama.
e.    Afeksi :
Gembira : Dapat bermain lumpur
Jengkel : Tidak dapat menanam dengan baik
f.       Astetik : suasana bertani, suasana pertanian (sawah).